Paulo Coelho

"Kok, Bapak tidak pergi ke Mekkah sekarang?" tanya si bocah.

"Justru pikiran tentang Mekkahlah yang membuatku terus hidup. Itulah yang membuatku kuat menghadapi hari-hari yang sama belaka ini; yang membuatku tahan menghadapi kristal-kristal bisu di rak, dan sanggup makan siang dan makan malarn di warung jelek yang ituitu juga. Aku takut bila impianku terwujud, aku tak punya alasan lagi untuk melanjutkan hidup.

"Aku selalu berada di tempat yang dekat, saat seseorang ingin mewujudkan Legenda Pribadinya," raja tua itu pernah berkata kepadanya.

Semakin dekat seseorang ke pewujudan Legenda Pribadinya, semakin besar Legenda Pribadinya menjadi alasan utamanya untuk hidup, pikir si bocah.

"Sekali kau masuk ke dalam gurun, tak ada jalan untuk kembali," ujar penunggang onta itu. "Dan, bila kau tak dapat kembali, yang harus kau pikirkan hanyalah jalan terbaik untuk bergerak ke depan. Selanjutnya terserah Allah, termasuk bahaya."

"Itulah prinsip yang mengatur semua hal," katanya. "Dalam alkemi, itu disebut Jiwa Buana. Bila kamu menginginkan sesuatu dengan segenap hatimu, itulah saat terdekatmu dengan Jiwa Buana. Ia selalu merupakan kekuatan yang positif."

"Aku belajar bahwa dunia mempunyai jiwa, dan bahwa siapapun yang memahami jiwa itu dapat juga memahami bahasa bendabenda. Aku belajar bahwa banyak alkemis menyadari Legenda Pribadi mereka, dan menyelesaikan pencarian Jiwa Buana, Batu Filsuf, dan Obat Hidup.

Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun atau di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan suata jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impianimpian seseorang akan tak bermakna.

Maktub, pikir si bocah.

Maktub, pikir si bocah.

Si bocah mendekati g

"Maktub," kata gadis itu. "Bila aku sungguh-sungguh bagian dari mimpimu, kamu akan kembali suatu hari."